banner

Keberkahan Ilmu

Rabu, 1 Oktober 2025 10:20 WIB
Oleh: Admin
Screenshot_2025-10-01-10-12-02-27_439a3fec0400f8974d35eed09a31f914
RATASTV – Ingatkah kita dengan kisah Al Rajhi seorang Milyarder yang membalas budi Gurunya yang dahulu pada saat dia masih kecil dalam menuntut ilmu telah dibantu sehingga mendapatkan kesempatan untuk Rihlah bersama-sana dengan teman-temannya.

Kisah di atas memberikan inspirasi bahwa ilmu adalah bekal terpenting yang bisa membawa seseorang menuju perubahan besar.

Namun sering kali, ketika seseorang sudah berhasil, ia melupakan siapa yang pernah membuka jalan untuknya. Guru, mentor, orang tua, atau bahkan sahabat yang pernah berbagi pengetahuan menjadi seperti bayangan yang dilupakan. Padahal, menghargai mereka yang memberi ilmu dan menjadi karakter yang berintegritas diri.

Rasa hormat kepada pemberi ilmu bukan sekedar formalitas, melainkan bagian dari etika kehidupan mengingat mereka berarti kita menyadari bahwa kesuksesan bukanlah hasil kerja keras kita seorang diri, melainkan ada campur tangan orang lain yang pernah menyalahkan cahaya di kegelapan kita.
Inilah sikap yang membedakan orang yang benar-benar berilmu dengan orang yang hanya sekedar pintar.

Mengapa Ilmu dapat dikatakan bermanfaat? karena :

Ilmu Adalah Warisan, bukan milik sendiri. Ilmu yang kita miliki hari ini lahir dari warisan panjang orang-orang yang pernah mengajarkan sebelum kita. Tanpa mereka, mungkin kita akan berjalan lebih lambat, tersesat, atau bahkan tidak sampai pada tujuan. Oleh karena itu, melupakan guru atau pemberi ilmu sama saja dengan melupakan akar dari pohon yang menopang hidup kita.

Mengingat dan menghormati pemberi ilmu akan membuat kita lebih rendah hati. Kita sadar bahwa apa yang kita kuasai bukan hanya hasil usaha pribadi, tapi juga kontribusi orang lain. Sikap ini akan membuat kita lebih bijak dalam menggunakan ilmu, bukan untuk kesombongan melainkan untuk membawa manfaat lebih luas.

Menghargai Guru sama juga menghargai proses.
Banyak orang ingin cepat berhasil, tapi melupakan proses belajar yang penuh kesabaran. Guru, mentor, atau siapapun yang pernah membimbing adalah bagian dari proses itu. Jika kita hanya ingat hasilnya tapi lupa pada yang membimbing berarti kita belum benar – benar memahami nilai dari perjalanan tersebut.

Dengan menghargai orang yang mengajarkan ilmu, kita sebenarnya sedang menghargai proses hidup kita sendiri. Sebab ilmu bukan datang tiba-tiba melainkan sedikit demi sedikit oleh mereka yang rela membagikan pengalaman tenaga dan waktunya. Dari sanalah kita belajar dan dari sanalah kita bertumbuh.

Melupakan Guru sama saja kita menutup pintu berkah. Banyak ajaran bijak yang mengatakan bahwa ilmu akan berkah jika kita menghormati orang yang mengajarkan. Sebaliknya jika kita melupakan atau bahkan meremehkan mereka, Ilmu itu bisa hilang maknanya. Sering kali, keberkahan sebuah ilmu bukan terletak pada teorinya, tapi pada adab kita terhadap sang pemberi ilmu (Guru) dengan keberkahan itu hidup terasa ringan. Sebab ada Do’a dan restu dari mereka yang pernah membantu kita berdiri. Hubungan ini bukan sekedar formal, melainkan ikatan moral yang menjaga agar ilmu yang kita miliki terus bermanfaat sepanjang hidup.

Ilmu tanpa adab hanyalah kesombongan. Sebanyak apapun pengetahuan yang kita miliki, jika kita melupakan orang-orang yang pernah mengajarkannya, maka ilmu itu akan kehilangan rohnya.

Mengingat Guru adalah mengingat asal mula kita memulai memahami ilmu pengetahuan, mengingat fondasi yang membuat kita mampu berdiri tegak hari ini.
Karena itu, jangan hanya bangga sudah mendapat ilmu. Lebih dari itu tetap menjaga sikap rendah hati. Dan tetap menghormati dan mengenang orang-orang yang pernah membimbing kita. Sebab, dalam setiap kesuksesan, selalu ada jejak orang lain yang pernah menyalahkan lilin ketika kita masih dalam kegelapan.

Di sisi lain manakala kita menuntut ilmu sebenarnya kita sedang meraih beberapa keutamaan sebagaimana di dalam beberapa ayat dari beberapa Ayat di dalam Al-Qur’an,seperti Surah Al-Mujadalah Ayat 11, Surah Al-Imran Ayat 18, Surah Al-Anbiya Ayat 7, Surat At-Taubah Ayat 122, Surah Al-Alaq Ayat 1-5.

Namun keutamaan-keutamaan di atas dapat diraih dimana salah satunya adalah dengan cara memberikan penghormatan kepada guru baik dalam bentuk penghargaan non materi seperti mendoakan mereka disetiap kesempatan maupun dalam bentuk materi (apabila mempunyai keluangan ekonomi) sebagai hadiah atas-jasa-jasanya.

Upaya -upaya di atas merupakan sistem pendidikan berkarakter dengan menerapkan nilai-nilai kemuliaan, inilah pembeda dengan antara pendidikan berkarakter dengan pendidikan konvensional yang hanya mengejar tingkat intelektual bersifat duniawi semata.

Semoga bermanfaat

Penulis
Yuli Kusumawati, M.Pd.I
Praktisi Pendidikan

Berita Terkait
Mungkin anda suka
WhatsApp Image 2025-07-16 at 12.31.43
Terpopuler
RUPA COWORKING_COMPANY PROFILE_page-0001
Terbaru
Tagar Populer
Pengunjung