RATASTV— Pertamina Patra Niaga buka suara terkait viral di media sosial seorang warga menguji sendiri kadar RON bahan bakar minyak (BBM) menggunakan alat portabel.
Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengatakan, metode yang digunakan oleh warga di video viral itu tak dapat dijadikan dasar pengujian resmi.
“Metode tersebut tidak dapat dijadikan dasar pengujian resmi untuk menentukan angka oktan suatu BBM,” kata Roberth melalui keterangan tertulis, Selasa (7/10).
Secara teknis, pengujian RON dikatakan memiliki standar baku internasional yang hanya dapat dilakukan menggunakan mesin CFR (Cooperative Fuel Research Engine) sesuai metode ASTM D2699 untuk RON.
Mesin CFR merupakan satu-satunya alat yang disertifikasi secara global untuk mengukur ketahanan bahan bakar terhadap detonasi yang menimbulkan knocking melalui proses pembakaran nyata dengan parameter suhu, tekanan, dan rasio kompresi. Semua dilakukan dengan kontrol yang ketat.
Pengujian yang dilakukan dengan alat portabel Oktis-2 terhadap berbagai jenis BBM seluruh operator BBM menunjukkan hasil yang bervariasi, ada yang lebih rendah maupun lebih tinggi dari standar sebenarnya.
“Sehingga membuktikan bahwa alat tersebut tidak memiliki akurasi dan kepresisian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” kata dia.
Menurutnya dia, pada alat ini terdapat pilihan sistem pengukuran USA dan RUS (Eropa), di mana di Eropa menggunakan standar RON, sementara USA menggunakan AKI (Anti Knocking Index atau setengah dari penjumlahan RON dan MON).
“Secara konversi, RON 98 (Eropa) setara dengan AKI 91-92 (USA), sehingga di Amerika Serikat memang tidak dikenal istilah RON 98. Alat Oktis-2 hanya mengukur sifat dielektrik (penghantaran listrik) dari bahan bakar bukan mengukur RON dan tidak ada hubungan antara sifat dielektrik dengan RON,” katanya.
Roberth lantas mengimbau masyarakat jeli dan teliti terhadap berbagai bentuk disinformasi pada media sosial.