banner

26 Tahun Meracik Cilok di Bogor, “Cilok Gaul Cinta Rasa” Tetap Digemari hingga Tangerang

Jumat, 17 Oktober 2025 13:15 WIB
Oleh: Diaz
IMG-20251017-WA0018

26 Tahun Meracik Cilok di Bogor, “Cilok Gaul Cinta Rasa” Tetap Digemari hingga Tangerang

RATASTV – Selama lebih dari dua dekade, cita rasa dan tekstur jajanan kaki lima “cilok sagu” hingga “cilok bakso” tetap konsisten dan digemari lintas generasi.

Usaha ini bahkan sempat berkembang pesat dengan puluhan pedagang, meski pernah hampir gulung tikar akibat masalah internal di masa lalu, tepat setelah putri pemilik menikah.

Seiring perjalanan waktu, brand Cilok Gaul Cinta Rasa semakin dikenal masyarakat. Konsumennya tidak hanya berasal dari Kabupaten Bogor, tetapi juga Tangerang Selatan serta wilayah Cisauk dan Pagedangan di Kabupaten Tangerang. Pembelinya datang dari berbagai kalangan, mulai dari warga biasa, karyawan, hingga pelaku usaha kecil.

Produk cilok ini dibuat dari daging ayam dan daging sapi asli tanpa campuran bahan pengawet atau bahan berbahaya.

Adonan hanya dicampur air es dan bumbu rempah, kemudian digiling, dibulatkan secara tradisional, dan direbus hingga matang.

Harga per butir cilok bakso dijual Rp700  dan dilepas ke pedagang kaki lima seharga Rp1.000 per butir. Dalam sehari, produksi bisa mencapai 6.000 butir yang kemudian dijajakan langsung ke konsumen oleh para pedagang keliling.

“Alhamdulillah, sekarang masih ada sekitar 20 pedagang yang berjualan. Mereka tersebar di Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bogor. Habis terus tiap hari,” ujar Ade Suherman (65), pria asal Tasikmalaya yang menetap di Bogor sejak menikah.

“Saya dulu merantau ke Ciseeng, Bogor, sempat pindah-pindah tempat, dan sekarang tinggal menetap di Kampung Cibogo RT 02/05, Kecamatan Ciseeng. Anak-anak besar dan cucu juga di sini,” lanjutnya.

Selama puluhan tahun, usaha ini naik turun dan belum berkembang maksimal. Kendala utama adalah modal bahan baku dan biaya pembuatan gerobak.

“Sekarang satu gerobak bisa habis tiga jutaan rupiah,” kata Ade.

Untuk produksi daging, ia baru mampu mengolah 5 sampai 10 kilogram per hari. “Dulu pernah sampai hampir 1 kuintal karena pedagangnya hampir 30 orang,” kenangnya.

“Kami ingin perlahan menambah armada gerobak dan jumlah pedagang. Tapi ya masih terkendala biaya produksi, perbaikan dapur, dan modal bahan baku,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski begitu, semangat Ade tetap menyala berkat dukungan keluarga, anak, menantu, dan sahabat yang memberi informasi mengenai program pemerintah untuk UMKM.

“InsyaAllah masih ada peluang dan kesempatan untuk usaha cilok bakso ini,” pungkas Ade Suherman.

Berita Terkait
Mungkin anda suka
WhatsApp Image 2025-07-16 at 12.31.43
Terpopuler
RUPA COWORKING_COMPANY PROFILE_page-0001
Terbaru
Tagar Populer
Pengunjung