banner

Bengkulu Geger! Balita Muntah Cacing Gelang dari Mulut dan Hidung

Jumat, 19 September 2025 18:48 WIB
Oleh: Marshel
Ilustrasi Anak Dirawat di Rumah Sakit (Foto: Getty images/Istockphoto/kan2d)
Ilustrasi Anak Dirawat di Rumah Sakit (Foto: Getty images/Istockphoto/kan2d)

RATASTV – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) buka suara terkait maraknya kasus anak cacingan di sejumlah daerah di Indonesia.

Terbaru, seorang balita di Kabupaten Seluma, Bengkulu yang diketahui bernama Khaira Nur Sarina  (18 bulan) dilaporkan mengeluarkan cacing gelang dari mulut dan hidungnya.

Menteri PPPA, Arifah Fauzi menegaskan, kasus tersebut harus menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah (Pemda). Pemda dimintanya, untuk lebih sigap menjaga kesehatan anak.

“Belum lama ini, kami diingatkan dengan kasus serupa pada Agustus 2025 lalu, artinya kita harus memperkuat komitmen perlindungan anak. Memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan terlindungi,” kata Arifah dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (19/9).

Arifah menekankan, hak atas lingkungan yang bersih dan sehat harus menjadi komitmen bersama. Terutama, dalam mencegah penyakit cacingan yang bisa berakibat fatal.

Menurut dia, Kementerian PPPA telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan serta dinas-dinas terkait dalam menangani kasus ini.

“Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Seluma telah menangani kasus dua balita,” kata Arifah.

Arifah mengungkapkan, kasus cacingan anak ini juga sudah menjadi perhatian khusus dari Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan. Prioritas utama saat ini adalah memastikan proses penanganan dan pemulihan bagi sang balita.

“Anak ini masih dalam perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Hak anak atas kesehatan harus dijamin melalui akses layanan yang memadai,” ujar Arifah.

Arifah memastikan bahwa pihaknya terus mengawal penanganan hingga pemulihan dua balita penderita cacingan parah di Seluma. Semua itu, agar berjalan optimal oleh pemerintah daerah.

“Kasus ini tidak serta merta dapat dikategorikan sebagai penelantaran anak dan dibutuhkan asesmen lanjutan. Khususnya, terkait bagaimana pola pengasuhan dan hidup bersih di keluarga tersebut,” kata Arifah.

Sementara, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah mengintervensi penanganan masalah kesehatan balita yang diduga mengalami cacingan di Bengkulu.

“Negara terus diingatkan amanat Pasal 34 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Sehingga, harusnya tidak ada anak-anak yang mengalami cacingan,” kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra.

Berat Badan Delapan Kilogram

Diketahui, seorang balita bernama Khaira Nur Sabrina (18 bulan) di Kabupaten Seluma, Bengkulu, mengeluarkan cacing gelang dari mulut dan hidung saat menjalani perawatan medis di rumah sakit.

Peristiwa bermula ketika Khaira sakit. Orang tuanya, Prengki (25) dan Yanti Hastuti (24) kemudian membawa buah hatinya ke RSUD Tais.

Saat masuk rumah sakit, balita Khaira hanya memiliki berat badan 8 kilogram. Dia dirawat ke ruang ICU dalam kondisi demam tinggi, batuk berdahak.

Diagnosa awal, balita Khaira suspek bronkopneumonia atau infeksi paru-paru. Namun, pihak rumah sakit segera meningkatkan perawatan intensif setelah Khaira berulang kali memuntahkan cacing dari mulutnya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Seluma, Mazda mengatakan balita dengan kondisi mengeluarkan cacing ini baru pertama terjadi di Kabupaten Seluma.

“Ada balita dengan penyakit memuntahkan cacing baru pertama terjadi di Seluma, untuk saat ini balita sudah mendapatkan penanganan medis di RSUD Tais,” katanya.

Mazda mengungkapkan, pihaknya bersama dengan pihak puskesmas akan melakukan investigasi kondisi lingkungan tempat tinggal keluarga pasien.

“Apakah di kediamannya ada memelihara hewan ternak dan sebagainya,” ujar Mazda.

Dirujuk ke RSUD M Yunus

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma Rudi Syawaludin mengatakan, kondisi Khaira Nur Sabrina cukup memprihatinkan.

Selain bobot tubuhnya kecil dan tidak normal, balita Khaira juga didiagnosa mengalami penyakit paru-paru. Hal ini yang membuat balita tersebut harus dirujuk ke RSUD M Yunus untuk mendapat perawatan intensif.

“Pasien Khaira kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu agar mendapat perawatan medis yang lengkap dan bisa mengembalikan kondisi pasien menjadi cepat pulih,” kata Rudi, Selasa (16/9).

Rudi menjelaskan, pihak Rumah Sakit Daerah Tais telah melakukan berbagai pemeriksaan pada pasien.

Dari hasil pemeriksaan tubuh pasien, pasien mengalami anemia, leukosit tinggi, dan gula darah mencapai 270. Selain itu, dari hasil rontgen juga ditemukan larva di paru-paru pasien.

“Dari hasil pemeriksaan kesehatan itulah akhirnya pasien kita rujuk ke RSUD M Yunus Bengkulu,” jelas Rudi.

Berita Terkait
Mungkin anda suka
WhatsApp Image 2025-07-16 at 12.31.43
Terpopuler
RUPA COWORKING_COMPANY PROFILE_page-0001
Terbaru
Tagar Populer
Pengunjung