RATASTV – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana angkat bicara terkait dugaan kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Sragen, Jawa Tengah.
Dadan Hindayana mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengiriman Makan Bergizi Gratis (MBG) agar kejadian serupa tidak terjadi lagi ke depannya.
“Termasuk mulai memilih bahan baku yang baik, memendekkan waktu masak, penyiapan, waktu pengiriman,” ujar Dadan dalam keterangan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/8/2025) malam.
Menurut Dadan, peningkatan SOP tersebut bertujuan agar makanan tidak terlalu lama disimpan di sekolah. Idealnya tidak lebih dari empat jam, sehingga kualitasnya tetap terjaga.
Ratusan Orang Diduga Keracunan
Sebelumnya, ratusan orang dari dua sekolahan wilayah Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah diduga menjadi korban keracunan makan bergizi gratis (MBG).
Kepala Puskesmas Gemolong dr. Agus Pranoto Budi menyatakan bahwa data korban saat ini tidak hanya berasal pelajar dan guru dari dua sekolah.
Namun juga karyawan sekolah, dan bahkan anggota keluarga yang ikut mengonsumsi makanan MBG juga mengalami gejala keracunan.
“Data sementara 196 orang yang terdata mengalami gejala-gejala keracunan. Ada murid, guru, karyawan, atau keluarga yang memakan makanan yang dibawa pulang,” kata Agus kepada wartawan, Selasa (12/8).
Agus menjelaskan bahwa data korban dugaan keracunan tersebut masih terus bertambah. Kini Dinkes Sragen melalui Puskemas Gemolong telah membuka posko aduan 2 X 24 jam.
Kasus dugaan keracunan ini mencuat setelah puluhan siswa dan guru dari SDN 4 Gemolong dan SMPN 3 Gemolong mengalami gejala mual, pusing, dan diare.
Insiden itu terjadi usai menyantap hidangan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang didistribusikan oleh Dapur SPPG Mitra Mandiri Gemolong-1 pada 11 Agustus 2025.
Meskipun jumlah korban cukup banyak, dr. Agus memastikan bahwa tidak ada satu pun korban yang memerlukan rawat inap.
“Kami sudah mendatangi korban dan pemulihan mereka cukup baik,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus dan memberikan penanganan cepat, Puskesmas Gemolong telah mendirikan posko layanan 24 jam.
“Kita dirikan posko 2×24 jam, jam berapapun kita siap,” ucapnya.
Pihak puskesmas juga telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah terkait kasus ini. Saat ini, sampel makanan dan air telah dikirim ke laboratorium di Semarang untuk memastikan penyebab pasti dari insiden ini.
Pihak berwenang masih menunggu hasil uji laboratorium untuk dapat memberikan kesimpulan resmi.
Informasi yang dihimpun bahwa pada Senin 11 Agustus pihak sekolah mendapatkan distribusi MBG dari SPPG setempat.
Adapun menu MBG yang dihidangkan meliputi nasi kuning, telur ayam suwir, orek tempe, selada timun, buah apel dan susu.
Setelah menu MBG dimakan oleh siswa dan guru penerima manfaat, belum terjadi reaksi keracunan.
Rata-rata korban keracunan mulai terjadi setelah pulang sekolah, sore hari, malam hari dan Selasa pagi. Korban mengeluhkan mual, pusing, diare, dan muntah.