RATASTV – Gelombang otomatisasi berbasis kecerdasan buatan (AI) semakin tak terbendung. Tak hanya menyentuh sektor industri dan teknologi, AI kini mulai merambah ke ranah yang sebelumnya dianggap tak tergantikan—seperti dunia kuliner. Dampaknya, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di berbagai profesi kian nyata.
Contoh terbaru datang dari Dubai. Sebuah restoran futuristik bernama WOOHOO dijadwalkan buka pada September 2025, hanya beberapa langkah dari ikon kota Burj Khalifa. Restoran ini menyebut dirinya sebagai “tempat makan masa depan”, karena hampir seluruh konsepnya dirancang oleh AI.
Meski proses memasak tetap dilakukan oleh koki manusia, berbagai elemen penting seperti desain menu, suasana ruang, dan alur layanan akan dikendalikan oleh Chef Aiman, sebuah model AI berbasis large language model.
Chef Aiman dikembangkan menggunakan kumpulan data dari berbagai riset ilmiah tentang makanan, komposisi molekul, serta ribuan resep tradisional dari seluruh dunia. AI ini tak punya kemampuan mencicipi rasa atau mencium aroma, tapi dapat menganalisis elemen dasar seperti tekstur, rasa umami, dan keasaman untuk menciptakan kombinasi rasa yang tidak biasa.
Prototipe resep ciptaan Aiman kemudian disempurnakan oleh koki manusia, termasuk chef terkenal asal Dubai, Reif Othman.
“Masakan manusia tidak tergantikan, tapi AI seperti Aiman bisa memicu kreativitas dan efisiensi baru,” ujar Ahmet Oytun Cakir, CEO perusahaan perhotelan Gastronaut sekaligus pendiri WOOHOO.
Lebih dari sekadar soal efisiensi, Aiman dirancang untuk menciptakan resep yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan bahan sisa dapur seperti potongan daging atau limbah lemak. Ke depannya, teknologi seperti ini berpotensi dilisensikan secara global untuk mendukung dapur berkelanjutan di berbagai restoran.
Fenomena seperti WOOHOO dan Chef Aiman hanyalah bagian kecil dari perubahan besar yang diprediksi akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Menurut laporan Future of Work dari World Economic Forum (WEF), sekitar 83 juta pekerjaan diperkirakan hilang pada periode 2023–2027 akibat dampak otomatisasi dan transformasi digital.
Laporan yang sama mencatat bahwa 23% jenis pekerjaan saat ini akan mengalami perubahan besar, mulai dari bergesernya fungsi hingga hilangnya posisi.
Sejumlah sektor yang diprediksi mengalami disrupsi besar meliputi:
Meski banyak profesi berisiko hilang, WEF juga mencatat bahwa transformasi digital ini akan melahirkan jutaan lapangan kerja baru—terutama di sektor teknologi, energi terbarukan, dan industri kreatif.
Namun, agar tak tergerus arus perubahan, tenaga kerja harus beradaptasi cepat melalui peningkatan keterampilan (upskilling) dan alih keterampilan (reskilling). AI bukan untuk ditakuti, tetapi dikuasai. (HDS)