banner

Sentimen Anti-AS Menguat, Warga Eropa Ramai-Ramai Tinggalkan Produk Digital Google Cs

Kamis, 26 Juni 2025 14:14 WIB
Oleh: Hadits
Google

RATASTV — Kecenderungan sejumlah pimpinan teknologi asal Amerika Serikat yang terlihat dekat dengan pemerintahan Presiden Donald Trump memicu reaksi keras di Eropa. Warga Eropa kini mulai meninggalkan layanan digital buatan Silicon Valley seperti Google Search, Gmail, Starlink, hingga Instagram, dan beralih ke layanan alternatif buatan Eropa yang dinilai lebih independen dan menghormati privasi data.

Menurut laporan Reuters, sentimen anti-AS mendorong lonjakan pencarian terhadap layanan pengganti buatan lokal di berbagai negara Uni Eropa, termasuk mesin pencari, aplikasi email, dan sistem operasi.

“Permasalahannya adalah perusahaan AS menguasai semuanya. Dulu hanya orang yang peduli privasi yang mencari alternatif. Sekarang, orang yang sadar politik ikut beralih,” kata Michael Wirths, pendiri Topio, startup yang membantu warga Eropa memasang sistem operasi Android bebas layanan Google.

Salah satu yang paling mencolok adalah Ecosia, mesin pencari ramah lingkungan buatan Jerman, yang mencatat lonjakan pertanyaan pencarian hingga 27 persen. Ecosia kini menguasai 1 persen pasar pencarian di Jerman, meski jumlah kunjungan masih jauh dari Google—122 juta berbanding 10,3 miliar di 27 negara Uni Eropa.

Pendiri Ecosia, Christian Kroll, menyambut tren ini sebagai peluang. “Semakin buruk, semakin baik untuk kami,” ujarnya, merujuk pada meningkatnya ketidakpercayaan warga terhadap raksasa digital AS.

Tren serupa juga terjadi pada layanan email. ProtonMail, email terenkripsi berbasis di Swiss, mencatat pertumbuhan pengguna sebesar 11,7 persen, sementara Gmail kehilangan 1,9 persen pangsa pasar, turun ke angka 70 persen.

Kekhawatiran warga Eropa semakin menguat karena pernyataan terbuka perusahaan-perusahaan AS seperti Meta, yang mengkritik regulasi Uni Eropa—khususnya Digital Services Act—sebagai bentuk sensor. Padahal regulasi itu bertujuan menekan dominasi platform digital raksasa dan menuntut tanggung jawab dalam pemberantasan konten kebencian dan ilegal.

Sementara itu, di AS, regulasi seperti CLOUD Act dan undang-undang terkait keamanan nasional memungkinkan pemerintah mengakses data digital, termasuk milik warga asing. “Hukum AS memberi pemerintah wewenang menggeledah data siapa pun, bahkan yang disimpan di cloud atau ponsel, jika melalui penyedia layanan asal AS,” ujar Greg Nojeim, Direktur Proyek Pemantauan dan Keamanan dari Center for Democracy and Technology.

Di tingkat pemerintahan, Jerman mulai mengambil langkah nyata. Beberapa kota, seperti Schleswig-Holstein, mewajibkan penggunaan perangkat lunak open-source untuk seluruh infrastruktur IT mereka. Pemerintah federal pun memilih Eutelsat dari Prancis sebagai penyedia internet satelit, menggantikan Starlink milik Elon Musk.

Fenomena ini menjadi babak baru dalam wacana kedaulatan digital Eropa, di mana teknologi tak lagi sekadar soal inovasi, melainkan juga bagian dari identitas politik, privasi, dan kemandirian ekonomi kawasan. (HDS)

Berita Terkait
Mungkin anda suka
WhatsApp Image 2025-07-16 at 12.31.43
Terpopuler
RUPA COWORKING_COMPANY PROFILE_page-0001
Terbaru
Tagar Populer
Pengunjung