RATASTV — Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen bersama dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas, adil, dan inklusif. Dengan tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, pemerintah dan masyarakat diajak bergandengan tangan mengatasi kesenjangan pendidikan, khususnya bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
Sebagai perusahaan BUMN yang fokus pada transformasi digital, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menegaskan dukungannya melalui program Innovillage—sebuah inisiatif sosial berbasis teknologi yang mendorong inovasi dari generasi muda untuk menjawab tantangan di masyarakat.
“Telkom ingin memberikan kontribusi nyata terhadap pendidikan inklusif melalui pemanfaatan teknologi. Melalui Innovillage, kami mendorong lahirnya solusi digital dari anak muda yang berdampak positif dan berkelanjutan,” ujar Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah.
Salah satu inovasi unggulan dari Innovillage adalah TUTUR, aplikasi komunikasi visual berbasis Picture Exchange Communication System (PECS). Aplikasi ini dikembangkan oleh mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk mendukung anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, seperti tunarungu, tuna grahita, dan autisme.
“TUTUR menggunakan metode Augmentative and Alternative Communication (AAC) dan PECS agar anak-anak dengan keterbatasan komunikasi bisa belajar dan berinteraksi lebih mudah,” jelas Muhammad Ahsani Taqwim, ketua tim pengembang TUTUR.
TUTUR dirancang sebagai media pembelajaran adaptif yang dapat digunakan di rumah maupun sekolah. Kontennya bisa disesuaikan oleh guru dan orang tua agar sesuai dengan kebutuhan anak dan kurikulum.
Inovasi inklusif lainnya dari Innovillage adalah TalkBook, karya mahasiswa Telkom University. Berbentuk buku digital interaktif berbasis audiovisual, TalkBook menggabungkan suara, teks, dan gambar untuk membantu anak-anak dengan hambatan komunikasi seperti autisme, afasia, dan cerebral palsy berinteraksi dan memahami materi pembelajaran secara personal.
Menurut BPS 2023, hanya 37,76% anak penyandang disabilitas usia sekolah yang mengakses pendidikan formal—jauh tertinggal dibandingkan anak tanpa disabilitas. Keterbatasan infrastruktur, tenaga pendidik, dan media pembelajaran menjadi penghalang utama.
Inisiatif seperti TUTUR dan TalkBook menjadi jembatan bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara. Ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 4 tentang pendidikan inklusif dan poin 10 tentang pengurangan ketimpangan.
Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar seremonial, tetapi ajakan untuk bertindak. Bahwa pendidikan yang bermutu harus menjangkau semua anak bangsa, tanpa terkecuali. Dengan mengedepankan inklusivitas dan keadilan sosial, bangsa ini sedang menapaki jalan menuju masa depan yang lebih setara—di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal. (HDS)