PKL Pasar Ciputat Keluhkan Larangan Berdagang Tanpa Aturan Jelas dari Pemkot Tangsel
RATAS – Para pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Ciputat mengeluhkan nasib mereka yang merasa terkatung-katung tanpa kejelasan aturan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel). Mereka merasa seperti lepas tanggung jawab dan terus-menerus menjadi sasaran razia tanpa adanya peraturan yang tetap.
“Bagaimana mau pasar ramai kalau banyak aturan dari Satpol PP, baik itu pagi, siang, malam, tetapi tidak adanya kebijakan, padahal kami cuma berdagang sayur, bumbu, dan lain-lain,” ujar Wijaya (48), seorang pedagang, kepada wartawan, Senin (16/5/2025).
Wijaya menambahkan, “Kami hanya mencari nafkah untuk biaya anak sekolah. Kami bukan rampok, kami bukan dagang narkoba. Demi Allah, kalau urusan perut dan tanggung jawab keluarga, kami kerahkan seluruh tenaga. Kenapa pedagang seperti musuh dinas terkait?” Ia juga mempertanyakan mengapa pedagang dianggap bertentangan dengan dinas terkait. “Kalau serba dilarang, mending Pasar Ciputat ditutup saja,” pintanya.
Ia juga menuntut keadilan dalam penertiban. “Lebih baik dipukul rata razianya, baik seberang jalan sama di Jalan Arya Putra. Jika tidak, apakah itu keadilan namanya?” tandasnya.
Menurut Wijaya, kondisi Pasar Ciputat kini “hidup segan mati pun tak mau” akibat sepinya pengunjung. “Pasar Ciputat benar-benar sepi, Mas, laksana pemakaman, tak ada yang datang berkunjung,” katanya.
Persoalan lain yang disoroti Wijaya adalah banyaknya kios yang tutup dan justru dijadikan gudang oleh pemiliknya, sementara mereka sendiri memilih berjualan di pinggir jalan.
“Saya pernah bicara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk menggunakan (kios yang kosong) agar disewakan, tapi hingga kini belum ada jawabannya, cuma bisa menyebutkan akan dikaji dahulu,” terang Wijaya.
“Kami berharap bisa menjadi pedagang yang tetap patuh pada aturan Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan bisa berjualan di dalam kios Pasar Ciputat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bandi, pedagang lain, juga menginginkan agar penertiban PKL tidak tebang pilih. Ia memahami bahwa Pemkot Tangsel sudah tepat dalam upaya mengurai kemacetan.
“Kami pedagang meminta jangan biarkan keramaian pasar tradisional Ciputat ditetapkan sebagai sarana kepentingan pribadi oleh segelintir oknum, karena Bapak Wakil Walikotanya telah pernah ingin menjadikan kawasan pasar seperti kawasan Malioboro Jogja, tempat destinasi wisata kulinernya dan lain sebagainya,” tutup Bandi.